Jauh sebelum kita diciptakan Sang Kholiq telah menentukan takdir kita.
Rizki, ajal, jodoh, amalan dan lain sebagainya.
Tapi satu hal yang perlu diingat, kita memiliki akal untuk memilah dan memilih mana yang baik dan buruk bagi kita.
Bicara soal manusia,tak kan ada habisnya.
Ya, terlebih perasaan manusia.
Mengapa begitu ?
Hmt, ingat kisah seorang ayah juga anak yang memiliki seekor keledai ?
Coba kita ingat kembali.
Apapun yang dilakukan si ayah maupun anak pasti salah.
Keledai nggak dinaikin, ada yang nggunjing.
Keledai dinaikin si ayah, ada lagi yang nggunjing.
Keledai dinaikin si anak, digunjingin lagi.
Keledai dinaikin berdua,masih ada yang nggunjing.
Jadi apa hikmahnya ?
Perasaan manusia nggak ada habisnya.
Apapun yang kita lakukan ada saja yang membicarakan, entah karena tidak suka atau tidak ada kerjaan, wkwk.
Jadi seolah olah kita selalu salah tingkah,begini salah pun begitu juga salah.
Jadi menurutku porsi pas menurut manusia itu nggak ada.
Ada aja kurangnya,ada aja salahnya.
Selama kita berada dibayang bayang omongan orang nggak akan tenang.
Ini sudah rumus. Karena mencari ridho semua manusia itu tidak mungkin.
رضا الناس غاية لا تُدرك
ورضا الله غاية لا تُترك,
فاترك ما لا يُدرك
وأدرك ما لا يُترك,
“Ridho manusia merupakan tujuan yang tidak bisa diraih, sedangkan ridho Allah merupakan tujuan yang tidak boleh ditinggalkan. Maka tinggalkanlah apa yang tidak bisa diraih, dan raihlah apa yang tidak boleh ditinggalkan.”
Jadi semua yang terjadi kepada kita asalkan baik dan tidak melanggar syari’at itu pasti porsinya pas (menurut) Allah dan terkadang tidak pas/tidak sesuai (menurut) manusia. Allaahu Ta’ala A’lam.
Penulis:
Hasna Haly
🙂