Bab ya’ sebagai pengganti fathah (kitab at Tuhfah as Saniyah Syarh al Muqoddimah al Ajurumiyah)
قال : وَأمَّا الْيَاءُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَصْبِ في التَّثْنِيَةِ وَ الْجَمْعِ
“Adapun huruf ya’ menjadi tanda nashab pada isim mutsanna dan jamak (mudzakkar salim).”
وأقول : قدْ عرفْتَ المُثنَّى فيمَا مضَى، وكذلكَ قدْ عرفْتَ جمْعَ المذكَّرِ السَّالمَ، والآنَ نُخبرُكَ أنَّهُ يُمكنكَ أن تعْرِفَ نصبَ الواحدِ منهمَا بوجودِ الياءِ فِي آخرِهِ
Saya (mushonnif) berkata : Anda telah mengetahui definisi mutsanna dan jamak mudzakkar salim pada pembahasan sebelumnya. Dan sekarang Kami akan menerangkan kepada anda bahwa anda dapat mengenal bentuk nashab kedua isim tersebut dengan keberadaan huruf yaʼ pada akhir kata.
والفرقُ بينَهُمَا : أنَّ الياءَ فِي المُثنَّى يكونُ مَا قبلَهَا مفتوحًا، ومَا بعْدَهَا مكسورًا. والياءُ فِي جمْعِ المذكَّرِ السَّالمِ يكونُ مَا قبلَهَا مكسورًا ومَا بعْدَهَا مفتُوحًا. فمثالُ المُثنَّى”نَظَرْتُ عُصْفُورَيْنِ فَوْقَ الشَّجَرَةِ” ونحْوُ : اشْتَرَى أَبِي كِتَابَيْنِ أَحَدُهُمَا لِي وَالآخَرُ لأَخِي
Adapun perbedaan antara keduanya adalah bahwa ya’ pada isim mutsanna, harakat huruf sebelumnya adalah fathah dan harakat huruf sesudahnya adalah kasrah, sedangkan pada isim jamak mudzakkar salim, huruf sebelum ya’ berharakat kasrah dan huruf sesudahnya berharakat fathah. Contohnya adalah sebagai berikut :
نَظَرْتُ عُصْفُورَيْنِ فَوْقَ الشَّجَرَةِ
(Saya melihat dua burung berada di atas pohon)
اشْتَرَى أَبِي كِتَابَيْنِ أَحَدُهُمَا لِي وَالآخَرُ لأَخِي
(Bapakku membeli dua kitab, salah satunya untukku dan yang lainnya untuk saudara laki laki ku)
فكلٌّ مِن “عُصْفُورَيْنِ” و”كِتَابَيْنِ” منصوبٌ لكوْنِهِ مفعولاً بهِ، وعَلامَةُ نصبِهِ الياءُ المفتوحُ مَا قبلَهَا المكسورُ مَا بعدَهَا، لأنَّهُ مُثنًّى، والنُّونُ عِوضٌ عن التَّنوينِ فِي الاسْمِ المُفرَدِ
Maka setiap kata dari (عصفرَين) dan (كتابَين) di’rab nashab karena keduanya berkedudukan sebagai maf’ul bihi. Tanda nashabnya adalah huruf ya’ yang harakat huruf sebelumnya adalah fathah dan harakat huruf setelahnya adalah kasrah. Adapun huruf nun di akhir kata berfungsi sebagai pengganti tanwin yang terdapat pada bentuk mufradnya.
ومثالُ جمْعِ المذكَّرِ السَّالمِ : “إِنَّ المُتَّقِينَ لَيَكْسِبُونَ رِضَا رَبِّهِمْ”، ونحوُ”نَصَحْتُ المُجْتَهِدِينَ بِالانْكِبَابِ عَلَى المُذَاكَرَةِ”. فكلٌّ مِن “المُتَّقِينَ” و”المُجتهدِين” منصوبٌ؛ لكوْنِهِ مفعولاً بهِ، وعَلامَةُ نصبِهِ الياءُ المكسورُ مَا قبلَهَا المفتوحُ مَا بعدَهَا؛ لأنَّهُ جمْعُ مذكَّرٍ سالِمٌ، والنُّونُ عِوضٌ عن التَّنوينِ فِي الاسْمِ المُفرَدِ
Adapun contoh jamak mudzakkar salim:
إِنَّ المُتَّقِينَ لَيَكْسِبُونَ رِضَا رَبِّهِمْ
(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan memperoleh keridhaan Rabb mereka)
نَصَحْتُ المُجْتَهِدِينَ بِالانْكِبَابِ عَلَى المُذَاكَرَةِ
(Saya menasehati para pemuda yang giat tersebut untuk senantiasa rajin mengulang ulang pelajaran)
Maka setiap kata dari (المتقِينَ) dab (المجتهِدِينَ) di i’rab nashab karena kedua kata tersebut berkedudukan sebagai maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah huruf ya’ yang harakat huruf sebelumnya adalah kasrah dan harakat huruf setelahnya adalah fathah. Adapun huruf nun pada kata tersebut berfungsi sebagai ‘iwadh (pengganti) tanwin yang terdapat pada bentuk mufradnya.